Sunday, February 12, 2023

WAJIB TAU! Manajemen Organisme Pengganggu Tanaman Terpadu Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Menggunakan Dasar Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang Baik dan Benar


Sumber: Kumparan.com

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman dengan komoditas strategis yang menjadi bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Dalam pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT) padi sawah, terdapat komponen dasar pengendalian organisme penggangu tanaman berdasarkan pendekatan pengendalian hama terpadu. Banyaknya hama dan penyakit ini sangat mempengaruhi produktivitas tanaman, meskipun keberadaannya sangat berbeda di masing-masing wilayah. Oleh karenanya diperlukan penerapan teknologi pengelolaan hama dan penyakit secara terpadu.

Di lapangan terdapat beberapa teknologi pengendalian hama yang sudah banyak dilakukan petani. Beberapa diantaranya masih menganut pada prinsip kearifan lokal yang turun temurun diterapkan. Teknologi yang diterapkan tentu sangat berpengaruh terhadap keragaman ekosistem yang ada sehingga berdampak juga pada insiden serangan OPT. Tujuan program peningkatan produksi padi yang sedang gencar sekarang ini adalah peningkatan produktivitas, peningkatan indeks pertanaman dan peningkatan optimalisasi lahan. Target capaian tersebut perlu ditunjang dengan program pengelolaan hama dan penyakit secara terpadu agar mampu juga menciptakan produk yang berkualitas baik.

Sumber: Digitani.ipb

Dalam pengendalian OPT, pemerintah sudah mengintroduksikan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan cara pengendalian OPT yang benar berwawasan lingkungan. Pada dasarnya prinsip PHT menurut Rukmana dan Saputra (1998) terdiri atas:

a)     Budidaya tanaman yang sehat;

b)    Pelestarian musuh alami;

c)     Pengamatan mingguan; dan

d)    Petani menjadi ahli PHT.

Penerapan PHT pada Tanaman Padi

Introduksi teknologi PHT dimulai dengan melakukan pelatihan petugas untuk diteruskan ke petani dengan nama Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Pelatihan SL-PHT pada dasarnya mencakup empat prinsip, yaitu

Ø  Petani mampu untuk mengusahakan budidaya tanaman sehat

Ø  Pelestarian dan pemanfaatan musuh alami

Ø  Pengamatan sawah secara berkala

Ø  Petani mampu menjadi manager dalam usaha tani 

Sumber: Pangan News

Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih tepat. 

Berikut merupakan Contoh Penerapan Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi

1.     Pengendalian hama tikus

Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan spesies dominan pada pertanaman padi. Hama tikus perlu dikendalikan seawal mungkin, mulai dari pengolahan tanah sampai tanaman dipanen. Cara pengendaliannya yaitu:

a)     Sanitasi lingkungan dan manipulasi habitat

b)    Kultur teknis

c)     Fisik dan mekanis

d)    Biologi

e)     Kimiawi Penerapan sistem sistemperangkap bubu (SPB) atau Trap Barrier System (TBS).

2.     Pengendalian hama penggerek batang

Penggerek batang merusak tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan. Empat jenis penggerek batang padi yang umum ditemukan adalah; Penggerek batang padi kuning (Tryporyza incertulas), penggerak batang padi bergaris (Chilo suppressalis), penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata), dan penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens). Pengendaliannya adalah saat panen padi sawah potong tunggul jerami rendah supaya hidup larvanya terganggu dimana larva yang ada dibagian bawah tanaman tertinggal dan membusuk bersama jerami. Selain itu, pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan mengambil kelompok telur pada saat tanaman berumur 10-17 hari setelah semai, karena hama penggerek batang sudah mulai meletakkan telurnya pada tanaman padi sejak di pesamaian.

Harus diamati intensif sejak semai sampai panen. Kalau populasi tinggi dapat dikendalikan dengan insektisida butiran (karbofuran, fipronil) dan insektisida 17 cairan (dimehipo, bensultap, amitraz, dan fipronil) yang diaplikasikan bila populasi tangkapan ngengat 100 ekor/minggu pada perangkap feremon atau 300 ekor/minggu pada perangkap lampu. Insektisida butiran diaplikasikan bila genangan air dangkal dan insektisida cair bila genangan air tinggi.

3.     Wereng coklat atau wereng punggung putih

Wereng coklat dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera H.) seringkali menyerang tanaman secara bersamaan pada tanaman stadia vegetatif. Pengendaliannya adalah di daerah endemis wereng coklat, pada musim hujan harus ditanam varietas tahan wereng. Kemudian terapkan berbagai cara pengendalian, mulai penyiapan lahan, tanam legowo, pengairan inttermitten, takaran pupuk sesuai BWD. Monitor perkembangan hama wereng punggung putih dan perimbangan populasi wereng coklat dan musuh alami pada umur 2 minggu setelah tanam sampai 2 minggu sebelum panen.

4.     Siput murbei atau keong mas (Pomace canaliculata Lamarck)

Kerusakan terjadi ketika tanaman masih muda. Pengendaliannya adalah mencegah introduksi keong mas pada areal baru. Bila keong mas masuk ke dalam areal sawah baru akan berkembang cepat terutama pada lahan yang selalu tergenang dan akan sukar dikendalikan. Pengendalian harus berkesinambungan, walaupun tanaman sudah berumur 30 HST, pengendalian harus tetap dilakukan untuk mencegah serangan pada pertanaman berikutnya.

Secara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil dan memusnahkan telur dan keong mas baik dipesemaian atau di pertanaman secara bersama-sama, membersihkan saluran air dari tanaman air seperti kangkung, dan 19 mengembalakan itik setelah panen. Untuk mengurangi kegagalan panen, harus menyiapkan benih lebih banyak.

Pada stadia vegetatif, dapat dilakukan: (1) pemupukan P dan K sebelum tanam; (2) menanam bibit yang agak tua (>21 Hari) dan jumlah bibit lebih banyak; (3) mengeringkan sawah sampai 7 HST; (4) tidak mengaplikasikan herbisida sampai 7 HST; (5) mengambil keong mas atau telur dan memusnahkan; (6) memasang saringan pada pemasukan air untuk menjaring siput; (7) mengumpan dengan menggunakan daun talas atau daun pepaya; (8) Aplikasi pestisida anorganik atau nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada caren sehingga pestisida bisa dihemat.

5.     Walang sangit (Leptocorisa spp.)

Hanya menyerang tanaman yang sudah berbulir. Pengendalian dengan insektisida dilakukan jika populasinya melebih ambang kendali yaitu pada saat setelah stadia pembungaan ditemukan rata-rata >10 ekor/rumpun.

6.     Penyakit tungro dan wereng hijau

Pengendalian dengan waktu tanam yang tepat dan rotasi varietas telah berhasil di Sulawesi Selatan namun pada kondisi pola tanam tidak teratur, pergiliran varietas kurang berhasil, seperti di Bali dan Jawa Tengah. Hasil yang optimal tetapi tidak merusak struktur tanah.

Dikutip dalam jurnal “Pelaksanaan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Padi di Desa Kluwan, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan" oleh M. Eti Wulanjari, dkk, hampir seluruh petani mengetahui bahwa pelaksanaan PHT dapat meningkatkan hasil produksi padi. Hal ini, selanjutnya, menimbulkan ketertarikan terhadap teknologi PHT dan upaya meningkatkan produksi padi dengan pergantian varietas dan meningkatkan dosis pupuk.  Komponen sikap terhadap PHT yang disukai petani meliputi penggunaan seed treatment, penggunaan bahan organik, pengendalian hama dengan mekanis, penggunaan bubu/perangkap tikus, pengendalian gulma dengan mekanis, pengendalian gulma dengan herbisida. Selain itu, penggunaan pestisida kimia dan pupuk kimia NPK juga masih disukai oleh sebagian besar petani. Selain modal untuk usahatani, kendala utama yang dialami petani dalam melaksanakan PHT secara utuh adalah kesulitan penyediaan kompos dan melaksanakan bibit tanam muda. Tindakan yang mendesak untuk dilakukan pada PHT padi adalah penggunaan varietas unggul dan penggunaan pupuk organik.


Daftar Pustaka

Digitani IPB. 2019. Penyakit Blas dan Rekomendasi Pengendaliannya. Diakses pada https://digitani.ipb.ac.id/penyakit-blas-dan-rekomendasi-pengendaliaannya/

Kumparan. 2021. Contoh Habitat Oryza sativa L. dan Ciri-cirinya. Diakses pada https://kumparan.com/berita-update/contoh-habitat-oryza-sativa-l-dan-ciri-cirinya-1wn1bH9Zmls/full

Pangan News. 2021. Refleksi Perjalanan Panjang 35 Tahun PHT di Indonesia. Diakses pada https://pangannews.id/berita/1629092564/refleksi-perjalanan-panjang-35-tahun-pht-di-indonesia

Wulanjari, M. E., Anwar, K., Pada, S., Pengkajian, B., & Pertanian, T. (2014). Pelaksanaan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Padi di Desa Kluwan, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan. Jurnal Ilmiah ESAI4(1), 6–15. https://jurnal.polinela.ac.id/ESAI/article/view/1327


Nama    : Isnaini Ainun Habibah

NPM    : 21025010158

Kelas    : C025

REVITALISASI PERTANIAN: Inovasi Nano Biopestisida dari Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.) dan Dampaknya Terhadap Keberlanjutan Pertanian

Sumber: https://www.greeners.co/ide-inovasi/biopestisida-dari-kulit-durian/   Biopestisida? Biopestisida adalah pestisida yang berasal dar...