Tanaman
padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman dengan
komoditas strategis yang menjadi bahan makanan pokok bagi sebagian besar
penduduk di Indonesia. Dalam pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT) padi
sawah, terdapat komponen dasar pengendalian organisme penggangu tanaman
berdasarkan pendekatan pengendalian hama terpadu. Banyaknya hama dan penyakit
ini sangat mempengaruhi produktivitas tanaman, meskipun keberadaannya sangat
berbeda di masing-masing wilayah. Oleh karenanya diperlukan penerapan teknologi
pengelolaan hama dan penyakit secara terpadu.
Di
lapangan terdapat beberapa teknologi pengendalian hama yang sudah banyak
dilakukan petani. Beberapa diantaranya masih menganut pada prinsip kearifan
lokal yang turun temurun diterapkan. Teknologi yang diterapkan tentu sangat
berpengaruh terhadap keragaman ekosistem yang ada sehingga berdampak juga pada
insiden serangan OPT. Tujuan program peningkatan produksi padi yang sedang
gencar sekarang ini adalah peningkatan produktivitas, peningkatan indeks
pertanaman dan peningkatan optimalisasi lahan. Target capaian tersebut perlu
ditunjang dengan program pengelolaan hama dan penyakit secara terpadu agar
mampu juga menciptakan produk yang berkualitas baik.
Dalam
pengendalian OPT, pemerintah sudah mengintroduksikan teknologi Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) merupakan cara pengendalian OPT yang benar berwawasan
lingkungan. Pada dasarnya prinsip PHT menurut Rukmana dan Saputra (1998)
terdiri atas:
a) Budidaya
tanaman yang sehat;
b) Pelestarian
musuh alami;
c) Pengamatan
mingguan; dan
d) Petani
menjadi ahli PHT.
Penerapan
PHT pada Tanaman Padi
Introduksi teknologi PHT dimulai dengan melakukan
pelatihan petugas untuk diteruskan ke petani dengan nama Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Pelatihan SL-PHT pada dasarnya mencakup empat prinsip,
yaitu
Ø Petani mampu
untuk mengusahakan budidaya tanaman
sehat
Ø Pelestarian dan pemanfaatan musuh alami
Ø Pengamatan sawah secara berkala
Ø Petani mampu menjadi manager dalam usaha tani
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih tepat.
Berikut merupakan Contoh Penerapan Pengendalian Hama
Terpadu pada Tanaman Padi
1. Pengendalian hama tikus
Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan
spesies dominan pada pertanaman padi. Hama tikus perlu dikendalikan seawal
mungkin, mulai dari pengolahan tanah sampai tanaman dipanen. Cara
pengendaliannya yaitu:
a)
Sanitasi
lingkungan dan manipulasi habitat
b)
Kultur teknis
c)
Fisik dan mekanis
d)
Biologi
e)
Kimiawi Penerapan
sistem sistemperangkap bubu (SPB) atau Trap Barrier System (TBS).
2.
Pengendalian hama
penggerek batang
Penggerek batang merusak tanaman padi pada berbagai
fase pertumbuhan. Empat jenis penggerek batang padi yang umum ditemukan adalah;
Penggerek batang padi kuning (Tryporyza incertulas), penggerak batang
padi bergaris (Chilo suppressalis), penggerek batang padi putih (Tryporyza
innotata), dan penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens).
Pengendaliannya adalah saat panen padi sawah potong tunggul jerami rendah
supaya hidup larvanya terganggu dimana larva yang ada dibagian bawah tanaman
tertinggal dan membusuk bersama jerami. Selain itu, pengendalian mekanis dapat
dilakukan dengan mengambil kelompok telur pada saat tanaman berumur 10-17 hari
setelah semai, karena hama penggerek batang sudah mulai meletakkan telurnya
pada tanaman padi sejak di pesamaian.
Harus diamati intensif sejak semai sampai panen. Kalau
populasi tinggi dapat dikendalikan dengan insektisida butiran (karbofuran,
fipronil) dan insektisida 17 cairan (dimehipo, bensultap, amitraz, dan
fipronil) yang diaplikasikan bila populasi tangkapan ngengat 100
ekor/minggu pada perangkap feremon atau 300 ekor/minggu pada perangkap lampu. Insektisida
butiran diaplikasikan bila genangan air dangkal dan insektisida cair bila
genangan air tinggi.
3.
Wereng coklat atau
wereng punggung putih
Wereng coklat dan wereng punggung putih (Sogatella
furcifera H.) seringkali menyerang tanaman secara bersamaan pada tanaman
stadia vegetatif. Pengendaliannya adalah di daerah endemis wereng coklat, pada
musim hujan harus ditanam varietas tahan wereng. Kemudian terapkan berbagai
cara pengendalian, mulai penyiapan lahan, tanam legowo, pengairan inttermitten,
takaran pupuk sesuai BWD. Monitor perkembangan hama wereng punggung putih dan
perimbangan populasi wereng coklat dan musuh alami pada umur 2 minggu setelah
tanam sampai 2 minggu sebelum panen.
4.
Siput murbei atau
keong mas (Pomace canaliculata Lamarck)
Kerusakan terjadi ketika tanaman masih muda. Pengendaliannya
adalah mencegah introduksi keong mas pada areal baru. Bila keong mas masuk ke
dalam areal sawah baru akan berkembang cepat terutama pada lahan yang selalu
tergenang dan akan sukar dikendalikan. Pengendalian harus berkesinambungan,
walaupun tanaman sudah berumur 30 HST, pengendalian harus tetap dilakukan untuk
mencegah serangan pada pertanaman berikutnya.
Secara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil dan
memusnahkan telur dan keong mas baik dipesemaian atau di pertanaman secara
bersama-sama, membersihkan saluran air dari tanaman air seperti kangkung, dan
19 mengembalakan itik setelah panen. Untuk mengurangi kegagalan panen, harus
menyiapkan benih lebih banyak.
Pada stadia vegetatif, dapat dilakukan: (1) pemupukan
P dan K sebelum tanam; (2) menanam bibit yang agak tua (>21 Hari) dan jumlah
bibit lebih banyak; (3) mengeringkan sawah sampai 7 HST; (4) tidak
mengaplikasikan herbisida sampai 7 HST; (5) mengambil keong mas atau telur dan
memusnahkan; (6) memasang saringan pada pemasukan air untuk menjaring siput;
(7) mengumpan dengan menggunakan daun talas atau daun pepaya; (8) Aplikasi
pestisida anorganik atau nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha
sebelum tanam pada caren sehingga pestisida bisa dihemat.
5.
Walang sangit
(Leptocorisa spp.)
Hanya menyerang tanaman yang sudah berbulir. Pengendalian dengan insektisida dilakukan jika populasinya melebih ambang kendali yaitu pada saat setelah stadia pembungaan ditemukan rata-rata >10 ekor/rumpun.
6.
Penyakit tungro
dan wereng hijau
Pengendalian dengan waktu tanam yang tepat dan rotasi
varietas telah berhasil di Sulawesi Selatan namun pada kondisi pola tanam tidak
teratur, pergiliran varietas kurang berhasil, seperti di Bali dan Jawa Tengah. Hasil
yang optimal tetapi tidak merusak struktur tanah.
Dikutip dalam
jurnal “Pelaksanaan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Padi di Desa Kluwan,
Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan" oleh M. Eti Wulanjari, dkk, hampir
seluruh petani mengetahui bahwa pelaksanaan PHT dapat meningkatkan hasil
produksi padi. Hal ini, selanjutnya, menimbulkan ketertarikan terhadap
teknologi PHT dan upaya meningkatkan produksi padi dengan pergantian varietas
dan meningkatkan dosis pupuk. Komponen
sikap terhadap PHT yang disukai petani meliputi penggunaan seed treatment,
penggunaan bahan organik, pengendalian hama dengan mekanis, penggunaan
bubu/perangkap tikus, pengendalian gulma dengan mekanis, pengendalian gulma
dengan herbisida. Selain itu, penggunaan pestisida kimia dan pupuk kimia NPK
juga masih disukai oleh sebagian besar petani. Selain modal untuk usahatani,
kendala utama yang dialami petani dalam melaksanakan PHT secara utuh adalah
kesulitan penyediaan kompos dan melaksanakan bibit tanam muda. Tindakan yang
mendesak untuk dilakukan pada PHT padi adalah penggunaan varietas unggul dan
penggunaan pupuk organik.
Daftar Pustaka
Digitani IPB. 2019. Penyakit Blas dan Rekomendasi Pengendaliannya. Diakses pada https://digitani.ipb.ac.id/penyakit-blas-dan-rekomendasi-pengendaliaannya/
Kumparan. 2021. Contoh Habitat Oryza sativa L. dan Ciri-cirinya. Diakses pada https://kumparan.com/berita-update/contoh-habitat-oryza-sativa-l-dan-ciri-cirinya-1wn1bH9Zmls/full
Pangan News. 2021. Refleksi Perjalanan Panjang 35 Tahun PHT di Indonesia. Diakses pada https://pangannews.id/berita/1629092564/refleksi-perjalanan-panjang-35-tahun-pht-di-indonesia
Wulanjari, M. E., Anwar, K., Pada, S., Pengkajian, B., & Pertanian, T. (2014). Pelaksanaan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Padi di Desa Kluwan, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan. Jurnal Ilmiah ESAI, 4(1), 6–15. https://jurnal.polinela.ac.id/ESAI/article/view/1327
Nama : Isnaini Ainun Habibah
NPM : 21025010158
Kelas : C025