PROJECT CITIZEN
PENERAPAN
BUDIDAYA AKUAPONIK SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA SURABAYA UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN
PANGAN INDONESIA
Disusun
Oleh:
Isnaini
Ainun Habibah
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2022
Surabaya merupakan salah satu wilayah
yang dipandang memiliki perkembangan industri yang cukup pesat. Perkembangan yang
pesat di Kota
Surabaya berdampak pada semakin
berkurangnya lahan pertanian yang ada. Seiring maraknya pembangunan
perekonomian dan pemukiman di wilayah perkotaan, semakin meningkat pula alih
fungsi lahan yang terjadi di perkotaan. Lahan-lahan yang dulunya merupakan
lahan pertanian, berubah menjadi pemukiman penduduk. Sehingga perlu adanya strategi pemanfaatan
ruang di kawasan setempat guna meminimalisir dampak dari permasalahan yang
dihadapi.
Pada saat ini
hampir semua bidang industri telah mengembangkan teknologi baru untuk lebih
memaksimalkan potensi dan mengurangi biaya, seperti bidang otomotif yang telah
banyak mengembangkan mobil dengan tenaga listrik. Sektor pertanian pun saat ini
telah banyak berkembang dari teknologi alat pertanian dan sistem tanam yang
baru-baru ini dikembangkan yaitu akuaponik. Akuaponik merupakan gabungan antara akuakultur atau
budidaya perikanan dengan pertanian sistem hidroponik yang menggunakan prinsip
bertanam tanpa tanah. Dengan menggunakan sistem tersebut tanaman yang dihasilkan
lebih sehat dan bersih karena terbebas dari bahan kimia, terlebih jika yang
dibudidayakan adalah tanaman konsumsi seperti kangkung, selada, dan sayuran
lainnya. Maka isu tentang bahaya pestisida tidak perlu khawatir dan dari sistem
tersebut selain dapat memanen sayuran lebih cepat petani akuaponik juga
mendapat bonus dari budidaya ikan meskipun hasilnya tidak sebanyak tanaman
namun dari satu sistem tersebut petani dapat mendapat dua hasil sekaligus
dibandingkan dengan hanya bertani cara konvensional menggunakan media tanah.
Langkah yang penulis tempuh ialah dengan mengoptimalisasi lahan setempat dengan sistem akuaponik skala rumah tangga. Melalui sistem teknologi yang ramah lingkungan, akuaponik merupakan teknologi pertanian yang dikenal sebagai sistem agribudaya terpadu. Pada budidaya akuaponik, ikan dan tanaman ada pada lingkungan yang tersirkulasi dan sistem yang saling terhubung. Keunggulan dari sistem akuaponik adalah kotoran ikan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Produk yang dihasilkan merupakan produk organik karena hanya menggunakan pupuk dari kotoran ikan yang telah melalui proses biologis. Sistem akuaponik dapat menjadi salah satu motivasi masyarakat untuk menerapkan bisnis mandiri dan kreatif. Selain itu, sistem akuaponik mereduksi amonia dengan menyerap air buangan budidaya atau air limbah dengan menggunakan akar tanaman sehingga amonia yang terserap mengalami proses oksidasi dengan bantuan oksigen dan bakteri, amonia diubah menjadi nitrat. Dengan adanya penerapan kegiatan ini, diharapkan mampu memberikan pandangan baru dan pembinaan terhadap masyarakat Kota Surabaya sehingga output dari kegiatan ini dapat memberdayakan masyarakat setempat.
2.1 Pengertian Sistem
Budidaya Akuaponik
Akuaponik adalah kombinasi antara akuakultur dengan hidroponik yang
menghasilkan simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan (Flora, 2014).
Akuakultur merupakan budidaya ikan, sedangkan hidroponik adalah budidaya
tanaman tanpa tanah yang berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan
tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilles. Akuaponik
memanfaatkan secara terus menerus air yang bersumber dari kolam tempat
pemeliharaan ikan untuk tanaman kemudian dikembalikan lagi ke kolam ikan
sehingga hal ini membentuk suatu sirkulasi. Pada tahapan ini hal-hal yang
berlangsung diantaranya adalah proses dekantasi, filtrasi, oksigenasi dan sterilisasi.
Proses-proses tersebut dilakukan oleh tumbuhan yang ditanam beserta media
tanamnya.
Kotoran ikan yang seringkali menimbulkan masalah karena bau yang tidak sedap dan membuat kolom menjadi kotor ternyata bisa memberikan manfaat. Sisa pakan yang ditebar di kolam yang tidak termakan oleh ikan dan mengendap di kolam pun bisa bermanfaat pula. Kedua limbah yang berasal dari hasil budidaya di kolam ikan tersebut dapat dimanfaatkan untuk akuaponik. Inti dasar dari sistem teknologi akuaponik ini adalah penyediaan air yang optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem resirkulasi. Sistem teknologi akuaponik ini muncul sebagai jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai untuk 5 budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit. Akuaponik merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran. Dengan memanfaatkan teknologi ini paling sedikit ada dua komoditas yang didapat yaitu sayuran dan lauk-pauk (ikan).
2.2
Penerapan Akuaponik untuk Urban Farming
Pada umumnya kegiatan berkebun atau bercocok tanam dilakukan di daerah pedesaan
yang memiliki lahan yang luas, namun seiring dengan perkembangan teknologi yang
pesat saat ini mulai popular kegiatan urban farming atau pemanfaatan lahan
tidak terpakai pada daerah perkotaan. Dengan adanya urban farming warga
perkotaan yang memiliki lahan tidak terpakai atau memiliki halaman yang memadai
dapat digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif seperti bercocok tanam
dengan cara apapun dan menanam tanaman apapun, selain dapat memperindah halaman
hasilnya pun dapat dikonsumsi sendiri atau bahkan menghasilkan rupiah.
Sebagai negara agraris masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan
kegiatan pertanian dan peternakan, tanpa perlu diajari mungkin masyarakat sudah
paham dan memiliki naluri yang kuat. Namun seiring berkembangnya zaman dan
berjalannya waktu perlu ada penyesuaian dalam sistem pertanian dan peternakan.
Untuk wilayah perkotaan yang memiliki lahan terbatas pertanian dan peternakan
bukan menjadi pekerjaan utama namun bagi yang ingin melakukan kegiatan tersebut
kini telah berkembang beberapa sistem tanam yang lebih menghemat lahan dan
perawatan dengan hasil yang lebih baik seperti hidroponik dan akuaponik. Sehingga
masyarakat dapat dengan mudah melakukan kegiatan bertani dan berternak tanpa
harus memikirkan masalah lahan, dan untuk masyarakat pedesaan dapat menerapkan
sistem tanam tersebut untuk meningkatkan produksi yang akan meningkatkan
penghasilan setiap individu.
Dengan populernya kegiatan urban farming maka sistem tanam akuaponik dapat menjadi pilihan mengingat memiliki berbagai ke unggulan dalam proses penerapannya. Namun pada kenyataannya sistem tanam akuaponik belum populer diterapkan oleh masyarakat baik untuk hobi dan penghias pekarangan rumah atau untuk mendukung kegiatan urba farming yang memanfaatkan lahan kosong diperkotaan.
2.3
Minat
Masyarakat terhadap Akuaponik
Dalam melakukan suatu hal seseorang tidak boleh berada dalam tekanan atau
paksaan, jika seseorang melakukan sesuatu dalam keadaan terpaksa atau tertekan
maka apa yang dilakukan tidak ada hasilnya. Seperti dikatakan Shaleh (2004),
bahwa minat adalah “suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan
bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat
tersebut dengan disertai perasaan senang.
Minat sendiri bisa timbul karena merasa tertarik akan sesuatu atau juga
karena terpengaruh lingkungan, yang awalnya biasa saja akan suatu kegiatan
karena sudah sering melihat atau melakukan kegiatan tertentu akhirnya seseorang
bisa minat akan suatu kegiatan atau perilaku. Minat juga dapat dipengaruhi oleh
bujukan atau ajakan dari suatu gerakan, seperti kampanye yang dilakukan secara
masif sehingga rasa minat tersebut lama kelamaan muncul salam diri seseorang.
Minat sendiri dapat muncul karena perasaan senang terhadap suatu kegiatan,
benda, grup tertentu, dan biasanya jika seseorang telah memiliki minat pada
kegiatan atau objek tertentu maka apa yang dilakukan tidak akan terasa berat.
Apabila seseorang telah melakukan kegiatan yang menjadi minatnya maka seseorang
tersebut akan berusaha dengan sunguh-sungguh untuk mewujudkan dan
merealisasikan minat tersebut meskipun dalam prosesnya menemui berbagai
kendala.
Melakukan sesuatu sesuai minat akan sangat memudahkan seseorang dalam
melakukan kegiatan tersebut dan lebih mudah untuk dipahami, namun dengan
mempengaruhi atau mengajak seseorang melakukan suatu kegiatan atau menyukai
objek tertentu secara masif tidak jarang dengan sendirinya minat tersebut akan
tumbuh. Minat terhadap akuaponik sendiri dimasyarakat saat ini sudah mulai
tinggi, dapat dilihat dari banyaknya beberapa komunitas yang membahas akuaponik
atau beberapa situs web dan buku yang membahas akuaponik. Melihat tingginya minat
masyarakat seperti penjelasan diatas dapat dipengaruhi lingkungan yang sudah
mulai menerapkan sistem akuaponik atau karena kesadaran masyarakat terhadap
kualitas makanan yang dikonsumsi akan lebih sehat, dan gaya hidup yang mulai
berubah mengikuti apa yang sedang populer.
2.4
Penerapan
Akuaponik pada Rumah Tangga
Seperti telah dijelaskan bahwa sistem tanam akuaponik memiliki berbagai
macam keunggulan dibandingkan dengan sistem tanam konvensional, seperti biaya
operasional yang murah, hasil produksi yang berkali lipat lebih banyak, dan
harga jual yang tinggi. Semestinya sistem tanam akuaponik ini dapat menjadi
alternatif atau pilihan utama bagi masyarakat yang sedang mencari teknik tanam
baru yang lebih efisien atau sedang mencari alternatif bidang usaha. Mengapa
sistem tanam akuaponik dapat menjadi pilihan sebagai bidang usaha, menurut Mark
Sungkar (2015) hal itu “dikarenakan pada sistem tanam akuaponik akan lebih
cepat melakukan panen, seperti tanaman pakcoy yang hanya membutuhkan 30-45 hari
untuk dapat dipanen dari mulai pembibitan”. Dan .hampir semua jenis sayuran
dapat dikembangkan dengan sistem tanam akuaponik, seperti kangkung, bayam,
kemangi, sawi hijau, kalian, paprika, tomat. Untuk memulai membuat satu sistem
akuaponik dengan Media Based biaya yang diperlukan hanya Rp 1.680.000 dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel II.1 Gambaran rincian biaya pembuatan sistem bak kerikil.
Sistem akuaponik sendiri memiliki beberapa cara tanam, dan semua cara
tersebut cocok diterapkan pada pekarangan rumah. Tiga jenis cara atau media
tanam tersebut yaitu:
1.
Media Based atau bak kerikil
Sistem ini merupakan rangkaian yang paling sederhana dan sangat cocok
untuk pemula. Media tanam dapat disesuaikan dengan lahan yang tersedia,
sehingga sehingga sangat mudah dan paling umum digunakan penggemar akuaponik
rumahan, karena sistem ini mirip dengan cara tanam konvensional sehingga para
pemula lebih mudah menyesuaikan dengan teknik ini. Dalam prosesnya ada dua cara
untuk mengoprasikan cara ini, cara pertama dengan mengalirkan pompa air dari
kolam ikan terus-menerus ke dalam bak media tanam dan kembali ke kolam. Cara
kedua dengan proses pasang surut, air dipompa ke bak media tanam dengan
ketinggian air sekitar 20-30 cm dan sesaat kemudian akan terkuras habis dengan
adanya siphon yang bertugas untuk menyedot air jika sudah mencapai ketinggian
tertentu.
2.
Nutrient Film Technique (NFT)
Sistem NFT merupakan sistem yang umum digunakan dalam budi daya
hidroponik dan sangat cocok bila akan membuat budidaya akuaponik sekala besar.
Dalam sistem ini diperlukan filter untuk membantu perkembangan 16 bakteri dari
kotoran ikan sebagai nutrisi tanaman. Pada sistem NFT media tanam (pipa air
atau talang air) disusun vertikal untuk meminimalisir penggunaan pompa , air
dan kotoran ikan akan dialirkan pada media paling atas dan secara otomatis
mengalir. Dalam
sistem NFT juga tanaman ditempatkan pada media pot kecil sebagai medianya lalu
dimasukan pada pipa atau talang air yang sudah diberi lubang, yang harus
diperhatikan yaitu akar tanaman harus dapat terkena air sehingga pemilihan
media pot yang pas sangat penting. Keunggulan sistem ini adalah pengaturan
jarak tanaman dan tempat lebih fleksibel karena dapat disusun secara vertikal
sehingga dapat menghemat ruang lebih besar, semakin besar medianya maka semakin
banyak pula tanaman yang dapat diproduksi. Namun sistem NFT hanya cocok untuk
tanaman yang memiliki akar yang kecil, seperti sayuran berdaun hijau.
3.
Deep Water Culture (DWC)
Sistem ini juga sama seperti yang digunakan pada budidaya hidroponik, dengan memanfaatka bak atau bejana apung. Sistem ini bisa digunakan untuk budidaya sekala besar atau akuaponik rumahan, sistem ini juga relatif murah dan mudah. Media tumbuh tanaman terbuat dari lembaran styrofoam yang ditempatkan didalam bejana (grow bed), bejana akan menampung air dari kotoran ikan dan styrofoam sebagai media tanam akan mengapung diatasnya, akar tanamanpun akan bergerak lebih bebas. Sistem ini juga sangat cocok untuk tanaman sayur dengan akar kecil seperti sistem NFT, pada sistem ini budidaya dapat dilakukan dalam satu kolam namun dengan syarat pilihlah jenis ikan yang bukan pemakan tumbuhan karena akan beresiko bila akar tanaman menjadi makanan ikan dan tanaman akan mati.
Untuk melengkapi data penelitian
maka dilakukan kuisioner secara
online dengan total 38 oarang. Kuisioner ini juga
dilakukan untuk melihat tanggapan masyarakat terhadap sistem akuaponik, minat
berkebun, dan informasi tentang grup akuaponik. Terdapat beberapa pertanyaan
yang peneliti berikan, diantaranya:
1. Apakah tertarik terhadap kegiatan berkebun/bercocok tanam?
2. Sistem tanam apa yang diketahui dan digunakan?
3. Apa manfaat yang didapat dari kegiatan tersebut?
4. Tahukah sistem tanam akuaponik?
5. Apakah anda berminat untuk mecobanya?
Pada proses kuisioner, hasilnya sudah dapat
ditebak bahwa mayoritas orang tertarik dengan kegiatan berkebun/bercocok tanam.
Data tersebut dapat menjadi acuan bahwa masyarakat masih sangat peduli dengan
pentingnya melakukan kegiatan tersebut selain dapat dikonsumsi atau menjadi hiasan
dengan melakukan kegiatan menanam akan sedikit membantu mengurangi efek dari
kualitas udara yang buruk, karena beberapa jenis tanaman dapat mensirkulasi
udara sekitar.
Dalam proses melakukan kegiatan
bertanam mayoritas masyarakat masih menggunakan sistem tanam konvensional. Hal
tersebut tidak mengherankan karena memang warga tidak mengetahui sistem tanam
lain dan sudah terbiasa dan nyaman dengan sistem tanam konvesional yang telah
dilakukan selama bertahun-tahun. Mereka masih beranggapan bahwa kegiatan
bertanam sebagai pekerjaan hanya dilakukan diwilayah pedesaan, padahal kegiatan
bertani didaerah perkotaan memiliki banyak manfaat selain dapat memperindah
lingkungan agar tidak terlihat kumuh kegiatan ini juga sangat bagus dilakukan
oleh ibu rumah tangga yang memiliki anak kecil karena dapat menjadi media
pembelajaran agar anak lebih peduli pada lingkungan dan membiasakan anak
mengkonsumsi makanan sehat. Beberapa
koresponden mengetahui sistem akuaponik dan berminat untuk mencobanya, nemun
kekurangannya adalah masyarakat masih bingung dalam penerapannya.
Setelah melakukan analisis pada
penelitian yang dilakukan maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa masyarakat perkotaan masih
sangat tertarik pada kegiatan bertanam baik sebagai hobi atau mengisi waktu
luang, namun informasi dan perkembangan dari dunia bercocok tanam masih sedikit
yang mengetahuinya. Ketidak tahuan masyarkat sangat wajar karena masih sedikit
media yang ada dan masih sedikitnya yang mengembangkan sistem pertanian baru di
Indonesia khususnya akuaponik ataupun minat masyarakat dalam mencari tahu
informasi yang masih kurang.
Melihat uraian diatas dengan berbagai
permasalahan yang ada maka utnuk mengatasi masalah tersebut yakni dengan membuat bimbingan konstruksi akuaponik sebagai berikut.
Kegiatan Target
Indikator Kinerja |
Luaran |
||
Brainstrorming |
Tertuangnya ide dalam verbal kelompok sasaran (100%) |
Kelompok Sasaran |
|
Pendampingan Desain Akuaponik |
1.
Meningkatnya pengetahuan akan jenis-jenis desain dan fungsinya (80%) 2.
Termediasinya dan terfasilitasinya desain akuaponik (80%) |
Peng |
Peningkatan
baseline pengetahuan dasar dan munculnya ide masyarakat dan penetuan desain yang akan
diaplikasikan
|
Pengenalan Bahan Akuaponik |
Peningkatan pengetahuan dan menentukan bahan yang
digunakan untuk akuaponik (70%) |
Implementasi
inisiasi |
|
Pendampingan Desain dan Bahan yang Digunakan untuk Aplikasi Akuaponik
|
Penyusunan
desain/gambar teknik untuk aplikasi akuaponik (90%) |
Meningkatnya pengetahuan gambar teknik
poster
kegiatan |
|
Pemantauan Khusus untuk Berkelanjutan |
Adanya inisiasi pengembangan konsep di tempat lain yang
potensial (90%) |
Konsistensi implementasi konsep |
|
Pada pelaksanaan kegiatan tersebut, tahapan ini disusun dengan tujuan agar terealisasikannya solusi ataupun metode yang dirancang ini berjalan dengan baik dalam menyelesaikan sumber permasalahan yang tengah dihadapi oleh mitra sasaran. Sehingga pada akhir penelitian dan pelaksanaan ini akan diadakan mentoring dan evaluasi dengan mitra secara terstruktur baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif sebagai koreksi atas kekurangan selama kegiatan berlangsung agar nantinya penerapan sistem akuaponik yang ada di Kota Surabaya dapat berjalan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nasir., Setyowati,
Luluk. (2021). Mengenalkan Urban Farming Untuk Ketahanan Pangan dimasa Pandemi
Covid-19 dan Menambah Nilai Ekonomi. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA,
4(1):208-212.
Badan Pusat Statistik.
(2016). Realisasi Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri Menurut Sektor Ekonomi
2016-2018.
Haqqi, Halifa., Wijayati,
Hasna. (2019). Revolusi Industri 4.0 Ditengah Society 5.0, sebuah Integrasi
Ruang, Terobosan Teknologi, dan Transformasi di era Disruptif.
Kementrian Pertanian. (2020).
Rencana Strategis Kementrian Pertanian 2020- 2024.
Rusdiana, Supardi., Amam.
(2021). Persaingan Pertanian Dalam Menghadapi Persaingan Pasar Bebas. Jurnal
Agriovet, 4(1):38-39. Universitas Jember.
Sayaka, B., Rifai’i, S &
Supriyati. Peningkatan Akses Petani Terhadap Permodalan Usaha Tani.
Uchiyama T. (2014). Recent
trends in young people’s entry into farming in Japan: an international
perspective. International Seminar on Enhanced Entry of Young Generation into
Farming.